Tanjung Redeb –
Kondisi air Sungai Segah yang berubah warna kehijauan menjadi bahan perbincangan beberapa hari terakhir, hingga kualitasnya yang dipertanyakan lantaran air sungai tersebut juga merupakan air baku pengolahan oleh PDAM Tirta Segah, dinyatakan masih aman dikonsumsi. Hal ini dijelaskan oleh Direktur PDAM Tirta Segah, Saipul Rahman.
Dijelaskannya, kondisi air sungai yang juga menjadi bahan untuk pengolahan PDAM, juga diambil sampel dan dilakukan penelitian sendiri dari PDAM Tirta Segah.
“PDAM Tirta Segah pertama kali mengidentifikasi fenomena perubahan kondisi air baku di Labanan pada tanggal 9 November 2019 jam 11.00 Wita, dan di Teluk Bayur pada tanggal 10 November 2019 jam 14.00 Wita. Selanjutnya di Raja Alam pada tanggal 11 November 2019 jam 13.00 Wita. Langsung dilakukan pengujian sampel di laboraturium PDAM Tirta Segah dan berdasarkan dari hasil temuan tersebut PDAM Tirta Segah melakukan perubahan komposisi bahan kimia setelah melakukan jar test,” terang Saipul pada Selasa (12/11).
Dijelaskannya, hasil pengujian laboraturium juga dilaporkan melalui surat nomor 171/PDAM-BRU /XI/2019 tertanggal 9 November 2019 kepada Bupati Berau dan ditembuskan kepada Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Berau dan Dinas Kesehatan Berau. Dan sebagai tindaklanjutnya, pada hari Minggu petugas laboratorium PDAM Tirta Segah bersama tim Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Berau, pergi ke lokasi untuk pengambilan sampel di beberapa titik dan hasilnya masih sedang diolah.
“PDAM Tirta Segah masih terus memproduksi dan mendistribusikan air kepada masyarakat dengan pengawasan dari Dinas Kesehatan Berau. Jika kondisi air tidak memenuhi baku mutu Dinkes Berau dan tidak merekomendasikan air produksi PDAM Tirta Segah, maka PDAM Tirta Segah akan menghentikan produksi dan distribusi air. Semoga kondisi air baku ini bisa segera normal kembali,” tambahnya.
Untuk itu, PDAM Tirta Segah akan terus berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan dan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan untuk memastikan kualitas air minum yang didistribusikan kepada masyarakat. Bahkan, dari PDAM sendiri juga terus melakukan pantauan setiap jam untuk perubahan kondisi air.
Tak hanya itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan kebersihan (DLHK) Berau, Sujadi juga telah menurunkan petugas ke lapangan guna mengambil sampel air untuk diuji di laboratorium, sesuai dengan perintah Bupati. Pihaknya mengambil sampel di tiga titik yakni di kawasan Rinding, Labanan, dan Merancang Ulu. Menurut Sujadi, kualitas air masih aman untuk manusia. Namun untuk ikan, bisa berdampak pada kematian.
“Masih dianalisis sampel tadi hingga 5 hari ke depan. Kalau hujan turun dengan intensitas tinggi, tentu selesai permasalahan ini,” ujarnya.
Ia menduga, perubahan warna air ini karena terjadi proses penyuburan sungai. Plankton yang berkembang membutuhkan oksigen. Sedangkan di sungai tersebut juga banyak jenis ikan, sehingga saling berebut oksigen. Jadi ikan yang tidak kuat akan mati.
Disinggung apakah perubahan warna air ini karena pencemaran atau faktor larutan pupuk perkebunan, Sujadi belum bisa memastikan dan masih menunggu hasil dari laboratorium.
“Untuk faktor pupuk, masih menunggu hasil laboratorium. Akan ada dua tim yang akan melakukan pengecekan, di darat dan di sungai,” jelasnya.
Kondisi serupa juga pernah terjadi 5 tahun yang lalu. Tetapi berbeda dengan tahun 2015, perubahan air sungai kali ini hanya terjadi di Kawasan Labanan sampai Kelurahan Rinding, Kecamatan Teluk Bayur. Sementara tahun 2015 lalu, air Sungai Segah hampir seluruhnya berubah warna menjadi hijau pekat.
Fenomena tahun ini, pertama kali diunggah ke media sosial oleh salah seorang warga Labanan, Kecamatan Teluk Bayur bernama Gondrong. Ia yang dikonfirmasi Senin (11/11), menuturkan, awal mulanya melihat air sungai di kawasan PDAM Labanan menjadi jernih dan terdapat banyak ikan mati. Kondisi ini membuatnya penasaran, dan diunggah ke media sosial miliknya. (bb)
Publikasi Berita ini dibuat pada 12/11/2019 oleh admin
Kata kunci :